MAKALAH
TEKNIK
BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
“BUDIDAYA TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)”
Disusun oleh :
Nama : Muhammad Khotamul Wildan
NPM : 1625010149
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional“Veteran” Jawa Timur
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikannya dengan baik makalah yang berjudul Budidaya Tanaman Jahe. Makalah
disusun
dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah TBT Hortilkultura. Dengan
terselesainya makalah ini
penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:
1.
Dosen pengampu Mata kuliah TBT Hortikultura
2. Kepada orang tua saya yang selalu mendoakan
kelancaran kuliah.
3. Dan teman-teman yang membantu dan
memberi semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis
berharap agar kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca guna pengembangan ilmu dan teknologi
budidaya Tanaman Jahe.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ .ii
DAFTAR
TABEL................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Rumusan
Masalah......................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah.......................................................................................................3
2.2 Klasifikasi
Jahe..........................................................................................3
2.3 Deskripsi
Tanaman Jahe............................................................................4
2.4 Jenis
Tanaman Jahe....................................................................................4
2.5 Syarat
Tumbuh...........................................................................................5
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Bahan
Tanam................................................................................................6
3.2 Pembibitan....................................................................................................6
3.3 Penyiapan
Media Tanam..............................................................................7
3.4 Penanaman....................................................................................................8
3.5 Perawatan
3.5.1
Penyulaman....................................................................................10
3.5.2
Penyiangan.....................................................................................10
3.5.3
Pembubunan...................................................................................11
3.5.4
Pemupukan.....................................................................................11
3.5.5
Pengairan dan Penyiraman.............................................................13
3.6
Pengendalian Hama dan Penyakit..............................................................13
3.7
Panen
3.7.1
Ciri dan Umur Panen......................................................................15
3.7.2
Cara Panen......................................................................................15
3.7.3
Periode Panen.................................................................................15
3.8 Pasca
Panen
3.8.1
Penyortiran Basah dan Pencucian..................................................16
3.8.2
Peranjangan....................................................................................16
3.8.3
Pengeringan....................................................................................16
3.8.4
Penyortiran Kering.........................................................................17
3.8.5
Pengemasan....................................................................................17
3.8.6
Penyimpanan..................................................................................17
3.9 Analisis
Usaha............................................................................................17
BAB IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan................................................................................................22
4.2 Saran..........................................................................................................22
BAB V. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................23
DAFTAR
TABEL
Tabel 1. Pemupukan Anjuran
Tanaman Jahe.........................................................12
Tabel 2. Hama dan Penyakit Utama
Tanaman Jahe...............................................13
Tabel 3. Biaya Produksi dan
Keuntungan Budidaya Jahe Besar..........................18
Tabel 4. Biaya Produksi dan
Keuntungan Budidaya Jahe Kecil...........................19
Tabel 5. Biaya Produksi dan Keuntungan
Budidaya Jahe Merah.........................20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jahe(Zingiber
officinale) yang termasuk famili Zingiberaceae, adalah tanaman rimpang yang
sangat popular sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas karena
disebabkan oleh senyawa keton bernama zingeron. Nama ilmiahnya diberikan oleh
William Roxburgh dari kata yunani Zingiberi, dalam bahasa sansekerta Singaberi.
Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor
rempah-rempah Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional
maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan
tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor dikemas
berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar,
kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit)
dan jahe merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring dengan permintaan
produk jahe dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman di
dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe
Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. Tahun 2003
turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak
memenuhi standar. Namun permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun.
Kondisi ini di Indonesia, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman
dan munculnya berbagai produk jahe.
Berdasarkan uraian diatas maka sangatlah penting
untuk memahami cara budidaya tanaman Jahe yang baik, guna pengembangan mutu dan
pemenuhan permintaan pasar yang terus meningkat.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami cara budidaya jahe yang baik
dan benar
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa
saja syarat tumbuh tanaman jahe?
2. Bagaimana
proses pengolahan tanah dan penyiapan lahan?
3. Bagaimana
proses pembibitannya?
4. Bagaimana
proses perawatannya?
5. Bagaimana
proses panen dan pascapanennya?
6. Bagaimana
analis usaha budidaya jahe?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sejarah
Jahe
merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari
Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa
ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama
sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing
(Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe
(Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka
(Ternate), dsb. (Muhardja, 2009)
2.2 Klasifikasi
Jahe
termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu famili dengan temu-temuan
lainnya seperti : temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma
aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas
(Languas galanga) dan lain-lain.
Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale
(Muchlas,
2008)
2.3 Deskripsi Tanaman
Terna
berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning
atau jingga. Daun sempit, panjang 15 - 23 mm, lebar 8 - 15 mm, tangkai daun
berbulu, panjang 2 - 4 mm; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 - 10 mm,
dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul
dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 - 3
kali lebarnya, sangat tajam; panjang malai 3,5 - 5 cm, lebar 1,5 - 1,75 cm ;
gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik
pada gagang terdapat 5 - 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau
rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 - 5 cm; daun pelindung berbentuk
bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau
cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 - 1,75 cm; mahkota bunga berbentuk tabung 2 -
2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan,
panjang 1,5 - 2,5 mm, lebar 3 - 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap,
berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 - 15 mm ; kepala sari
berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 (Muhardja, 2009)
2.4 Jenis Tanaman Jahe
Jahe
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya.
Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1)
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya
lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas
lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur
tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2)
Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya
kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen
setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe
gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok
untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3)
Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil
sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok
untuk ramuan obat-obatan.
2.5 Syarat Tumbuh
Untuk budidaya jahe diperlukan lahan di daerah yang sesuai
untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan
persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B dan C (Schmidt
& ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 m dpl., temperatur rata-rata
tahunan 25 - 30º C, jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7 - 9 bulan per tahun,
curah hujan per tahun 2 500 – 4 000 mm, intensitas cahaya matahari 70 - 100%
atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah baik, tekstur tanah lempung
sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 – 7,4. Pada lahan dengan pH rendah
dapat diberikan kapur pertanian (kaptan) 1 - 3 ton/ha atau dolomit 0,5 - 2
ton/ha untuk meningkatkan pH tanah. (Solikin, 2015)
Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk
dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan
lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang
mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus.
Persyaratan lahan lainnya yang juga penting bagi penamaman jahe adalah lahan
bukan merupakan daerah endemik penyakit tular tanah (soil borne diseases)
terutama bakteri layu dan nematoda. Untuk menjamin kesehatan lahan, sebaiknya
lahan yang digunakan bukan bekas jahe, atau tidak ada serangan penyakit bakteri
layu dilahan tersebut dan hanya dua kali berturut-turut ditanami jahe. Tahun berikutnya
dianjurkan pindah tempat untuk menghindari kegagalan panen karena kendala
penyakit dan adanya gejala allelopati. (Solikin, 2015)
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Bahan Tanam
Berdasarkan
bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal tiga jenis
jahe, yaitu jahe putih besar (gajah), jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe
merah.
Jahe
putih besar mempunyai rimpang besar berbuku, berwarna putih kekuningan dengan
diameter 8-8,5 cm, aroma kurang tajam, tinggi dan panjang rimpang 6-11,3 cm dan
15-32 cm. Warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri
0,8-2,8%.
Jahe
putih kecil (jahe emprit) mempunyai rimpang kecil berlapis-lapis, aroma tajam,
berwarna putih kekuningan dengan diameter 3-4 cm, tinggi dan panjang rimpang
6-11 cm dan 6-32 cm. Warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar
minyak atsiri 1,5-3,5%.
Jahe
merah mempunyai rimpang kecil berlapislapis, aroma sangat tajam, berwarna jingga
muda sampai merah dengan diameter 4-4,5 cm, tinggi dan panjang rimpang 5-11 cm
dan 12-13 cm. Warna daun hijau muda, batang hijau kemerahan dengan kadar minyak
atsiri 2,8-3,9%.
Pilih
tanaman yang akan dibudidayakan dari varietas unggul yang mempunyai potensi
produksi tinggi. Diantaranya varietas unggul jahe putih besar (gajah) dengan
potensi produksi mencapai 37 ton/ha, yaitu varietas Cimanggu-1.
3.2 Pembibitan
Pembibitan
Jahe diperbanyak dengan menggunakan stek rimpang. Untuk mendapatkan benih yang
baik rimpang perlu diseleksi. Benih yang akan digunakan harus jelas asal
usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Yang dimaksud, benih
yang sehat adalah berasal dari pertanaman yang sehat dan tidak terserang
penyakit.
Bibit
berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik
(persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu
fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang
harus dipenuhi antara lain:
a.
Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah
tua (berumur 9-10 bulan).
c.
Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau
lecet.
Ciri-ciri
rimpang yang sudah tua antara lain: (1) kandungan serat tinggi dan kasar, (2)
kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas, dan (3) warna kulit mengkilat
menampakan tanda bernas
Rimpang yang dipilih untuk dijadikan benih,
sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25-60
gr untuk jahe putih besar. Sedangkan jahe putih kecil dan jahe merah
masing-masing bobotnya 20-40 gr. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih
adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga. Kebutuhan benih jahe putih besar
untuk lahan seluas 1 ha sekitar 2-3 ton, sedangkan jahe putih kecil dan jahe
merah sekitar 1-1,5 ton.
Sebelum
ditanam benih terlebih dahulu ditunaskan dengan cara menyemaikan, yaitu
menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh
atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Untuk itu bisa digunakan
wadah atau rak-rak terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Selama
penyemaian, dilakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan, hal ini
dilakukan untuk menjaga kelembaban rimpang. Benih/rimpang yang sudah bertunas
dengan tinggi mencapai 1-2 cm, siap ditanam di lapangan. Benih bertunas ini
dapat beradaptasi langsung di lapangan dan tidak mudah rusak.
Sebelum
ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit
tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida
sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
3.3 Penyiapan Media Tanam
Sebelum
benih ditanam dilakukan pengolahan tanah. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk
menciptakan tanah menjadi gembur, subur, berhumus, berdrainase baik dan
beraerasi baik, serta membersihkan dari gulma.
Tanah yang gembur akan memberikan kesempatan kepada rimpang jahe untuk
tumbuh dengan leluasa. Tanah liat yang kurang diolah menyebabkan rimpang jahe
tertekan, sedangkan tanah berkerikil menyebabkan rimpang tergores sehingga
hasil tidak maksimal.
Drainase
yang baik akan mencegah tanaman dari serangan penyakit seperti penyakit layu
akibat tergenang air di sekitar areal tanam karena kurang baiknya drainase.
Sedangkan aerasi yang baik akan memberi ruang gerak bagi akar untuk menyerap
unsur hara dan air, serta mengurangi pembentukan senyawa-senyawa anorganik
dalam tanah yang bersifat racun.
Pengolahan
tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk
mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman
pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap
serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada
pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan
pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus
diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg/Ha.
Untuk
tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati
disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digaru
terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah
bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman tumbuh kurang subur.
Pada
daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah
terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan
ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan.
Pengapuran
dilakukan pada saat pembentukan bedengan. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian
besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam
keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat
menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit Fusarium sp dan
Pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat
diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan
biji.
3.4 Penanaman
1) Penentuan
Pola Tanaman
Pembudidayaan
jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup
rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di
daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima
karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan
tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a.
Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b.
Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c.
Meningkatkan produktivitas lahan.
d.
Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan
gulma (tanaman pengganggu).
Praktek
di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti
ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang
ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa
kacang-kacangan lainnya.
2) Pembutan
Lubang Tanam
Untuk
menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk,
maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit. Pengaturan
jarak tanam perlu diperhatikan karena merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan hasil rimpang per satuan luas. Semakin subur tanah, jarak tanam
makin diperjarang agar rimpang bisa tumbuh maksimal dan leluasa.
3) Cara
Penanaman
Benih
jahe ditanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik,
karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk jahe
putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, apabila
dipanen muda jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 cm x 30 cm. Sedangkan jahe
putih kecil dan jahe merah jarak tanam digunakan 60 cm x 40 cm. Setelah jahe
ditanam perlu ditutup dengan mulsa (jerami, alang-alang) untuk melindungi tunas
yang baru tumbuh/muncul ke permukaan tanah yang belum mampu menahan teriknya
matahari. Selain itu pemberian mulsa mampu memperbaiki kondisi tanah terutama
di bagian permukaan, dan juga mengurangi erosi karena mulsa mampu menahan
aliran air..
4) Perioda
Tanam
Penanaman
jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan
Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup
banyak untuk pertumbuhannya.
3.5 Perawatan
3.5.1
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak baik. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam serta waktu panen
yang serempak. Penyulaman dilakukan pada umur 1-1,5 bulan dengan menggunakan
benih cadangan yang telah diseleksi dan disemaikan. Penyulaman sebaiknya jangan
dilakukan pada tanaman mati yang disebabkan oleh penyakit layu bakteri. Pada
bekas tanaman tersebut sebaiknya diberi kapur untuk menghindari penularan
tanaman disekitarnya.
3.5.2
Penyiangan
Sampai
tanaman jahe berumur 6-7 bulan banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu
dilakukan secara intensif. Apabila gulma dibiarkan tumbuh sampai tanaman jahe
berumur 180 hari akan terjadi penurunan hasil sampai 60%. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 4-6
minggu sekali tergantung kepada banyaknya gulma yang tumbuh. Penyiangan setelah
tanaman jahe berumur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak perakaran dan melukai rimpang yang dapat menyebabkan masuknya bibit
penyakit. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut
gulmanya dengan tangan atau dengan menggunakan kored, dan bisa juga dengan
herbisida. Caramanual akan berhasil untuk gulma yang mudah dicabut, namun sulit
dilakukan terhadap gulma yang memiliki rimpang (alang-alang), dan umbi (teki).
3.5.3
Pembubunan
Tanaman
jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik,
maka tanah harus digemburkan. Pembumbunan dilakukan guna menggemburkan tanah
sekaligus agar rimpang yang muncul tertutup tanah. Dengan demikian kesempatan
berkembangnya rimpang menjadi baik dan dapat mencegah rimpang terkena sinar
matahari yang dapat membuat rimpang berwarna hijau dan keras yang akan
menurunkan kualitas rimpang. Pembumbunan dilakukan dengan cara menimbun pangkal
batang dengan tanah setebal kurang 5 cm dan dilakukan pada waktu telah
terbentuk rimpang dengan 4-5 anakan. Setiap kali dilakukan pembumbunan akan
terbentuk guludan kecil dan sekaligus terbentuk saluran air yang berfungsi
mengalirkan kelebihan air. Intensitas pembumbunan tergantung keadaan tanah,
banyaknya hujan dan perlakuan budidaya (pemberian mulsa). Pada tanah-tanah yang
cepat mengeras seperti tanah bertekstur liat dan hujan cukup banyak, maka
pembumbunan lebih sering dilakukan. Waktu pembumbunan sebaiknya dilakukan
menjelang pemupukan
3.5.4
Pemupukan
Pemupukan
Pemberian pupuk dimaksudkan agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tersedia cukup. Oleh karenanya, pemupukan mutlak diperlukan terutama pada lahan
yang kurang subur. Pemupukan memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil
rimpang, yaitu pupuk organik untuk memperbaiki tekstur tanah dan aerasi tanah,
dan pupuk anorganik terutama N, P, dan K.
1. Pemupukan Organik
Pada
budidaya jahe secara organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk
buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan
pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding jika
menggunakan pupuk buatan.
Adapun pemberian pupuk kompos organik ini
dilakukan pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton
per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian
pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam
di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.
Pupuk
susulan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10
bulan. Adapun dosis pupuk susulan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian
pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan
dengan kegiatan pembubunan. Apabila akan menggunakan pupuk kimia, maka pupuk
organik cukup diberikan pada saat pemupukan dasar dengan dosis 20-40 ton/ha.
2. Pemupukan
Kimia
Selain
pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan
kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pemupukan tahap kedua digunakan
pupuk buatan seperti Urea, TSP/SP-36 dan KCl.
Tabel
1. Pemupukan Anjuran Tanaman Jahe
Varietas Jahe
|
Jenis Pupuk
|
Dosis Anjuran
|
Jahe putih besar (Gajah)
|
· Pupuk kandang, diberikan 2-4 minggu
sebelum tanam
· SP-36 diberikan saat tanam
· KCL diberikan saat tanam
· Urea diberikan masing-masing 1/3
bagian pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam
|
20-40 ton/ha
300-400 kg/ha
300-400 kg/ha
400-600 kg/ha
|
Jahe putih kecil (jahe emprit)
|
· Pupuk kandang, diberikan 2-4 minggu
sebelum tanam
· SP-36 diberikan saat tanam
· KCL diberikan saat tanam
· Urea diberikan masing-masing 1/3
bagian pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam.
|
20-30 ton/ha
200-300 kg/ha
200-300 kg/ha
300-400 kg/ha
|
Jahe Merah
|
· Pupuk kandang, diberikan 2-4 minggu
sebelum tanam
· SP-36 diberikan saat tanam
· KCL diberikan saat tanam
· Urea diberikan masing-masing 1/3
bagian pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam
|
20-30 ton/ha
200-300 kg/ha
200-300 kg/ha
300-400/ha
|
3.5.5
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe
tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada
awal petumbuhannya tanaman jahe membutuhkan air yang cukup, sehingga saat
memulai budidaya jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan
Septem3ber.
3.6
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Tabel 2. Hama dan
Penyakit Utama Tanaman Jahe
Hama/Penyakit
|
Jenis
Kerusakan
|
Pengendalian
|
Layu
bakteri (Ralstonia solanacearum)
|
Tanaman
mati dan rimpang busuk
|
1.
Bibit diambil dari tanaman induk sehat
2.
Antagonis (Pseudomonas florences, P. Cepacia dan Bacillus sp, dikombinasikan
dengan kompos (misalnya BIOTRIBA)
3. Pestisida nabati (tepung gambir dan
temulawak)
|
Buncak
akar (Meloidogyne sp.), luka akar (Rhodophalus similis)
|
Akar
luka, sehingga penyerapan hara terganggu dan patogen tanah mudah masuk
|
1.
Bibit diambil dari tanaman induk sehat
2.
Pasteuria penetrans 2-5 kapsul/tanaman/6 bulan 3. Tepung biji mimba 25-50
gr/tanaman/ 3 bulan
4.
Mulsa (10-20 ton/ha) dan Karbofuran pada saat tanam 20-30 kg/ha
|
Bercak
daun (Phillosticta sp.)
|
Daun
kering, fotosintesa tidak optimal, tanaman kerdil
|
1.
Bibit diambil dari tanaman sehat
2.
Minyak cengkeh (10%) 3. Mankozeb (2-3 kali seminggu)
|
Busuk
rimpang (Sclerotium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp.)
|
Tanaman
mati dan akar busuk
|
1.
Bibit diambil dari tanaman sehat
2.
Formula antibiotik
|
Kutu
Perisai (Aspediella hartii)
|
Kulit
rimpang kusam, karena rimpang dihisap dan kering
|
1.
Fumigasi benih dengan metil bromida atau alumuniumfosfida
2.
Perlakuan benih dengan air panas 50o C selama 10 menit, insektisida
karbosulfan (2 ml/lt), insektisida nabati seperti ekstrak mimba 2,5% atau ekstrak
bungkil jarak 2,5%
|
3.7 Panen
3.7.1
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan
dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk
bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang
lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan
sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua.
Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri
warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama
15 hari atau lebih.
3.7.2
Cara Panen
Cara
panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau
cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan
kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci.
Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1
minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan
terlalu tinggi melainkan agak disebar.
3.7.3
Periode Panen
Waktu
panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni –
Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah.
Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama
ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada
musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang
sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
3.8 Pasca Panen
3.8.1
Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi
pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah,
sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil
penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air
bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua
kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif
yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus
dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang
belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah
itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
3.8.2
Perajangan
Jika
perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan
yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan
ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh
dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan
mesin pemotong.
3.8.3.
Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat
pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah
kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas
tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan
harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan
disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan
di dalam oven dilakukan pada suhu 50o C - 60o C. Rimpang yang akan dikeringkan
ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.
Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
3.8.4
Penyortiran Kering.
Selanjutnya
lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan
bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran
lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung
rendemennya).
3.8.5
Pengemasan
Setelah
bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung
yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label
yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari
tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan
metode penyimpanannya.
3.8.6
Penyimpanan
Kondisi
gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30o C dan gudang
harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan,
memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta
bersih dan terbebas dari hama gudang.
3.9 Analis Usaha
Untuk
mengetahui keberhasilan suatu usaha minimal harus memenuhi syarat: (a) menghasi
lkan cukup pendapatan untuk membayar biaya produksi yang dikeluarkan, (b) dapat
membayar modal yang digunakan baik modal sendiri maupun modal pinjaman, dan (c)
dapat membayar upah tenaga kerja baik keluarga maupun luar keluarga yang
digunakan dalam usahatani. Berikut analisa usahatani dari ketiga jenis jahe
(jahe besar, jahe kecil dan jahe merah) .
Tabel 3. Biaya Produksi dan Keuntungan
Budidaya Jahe Besar
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
A
1
2
3
4
5
|
Sarana
Produksi
Benih
Pupuk
kandang
Pupuk
Urea
Pupuk
SP-36
Pupuk
KCL
|
2000
kg
25
ton
600
kg
300
kg
400
kg
|
4.500
250.000
1.300
2.400
5.000
|
9.000.000
6.250.000 780.000 720.000 2.000.000
|
B
1 2 3 4 5 6 7 8
|
Tenaga
kerja
Pembukaan
lahan Pengolahan tanah Pembuatan bedengan Penanaman
Pemeliharaan
tanaman Pengendalian hama penyakit Sortasi dan seleksi Panen dan pasca panen
|
50
HOK
90
HOK
60
HOK
6
HOK
250
HOK
30
HOK
60
HOK
100
HOK
|
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
|
1.250.000
2.250.000 1.500.000 1.500.000 6.250.000 750.000 1.500.000 2.500.000
|
C
1
|
Penanganan
benih
Sortasi
benih di gudang
|
70
HOK
|
25.000
|
1.750.000
|
D
1 2
|
Packing
Upah
pengepakan
Kotak
kayu
|
50
HOK
4.000 bh
|
25.000
1.000
|
1.250.000
4.000.000
|
E
|
Bunga
bank 12 bulan (20%/th)
|
|
|
8.650.000
|
|
Total
Biaya
|
|
|
51.900.000
|
F
|
Penerimaan
Produksi
80% dari hasil, 20% penyusutan harga
|
20.000
kg
|
4.500
|
90.000.000
|
G
|
Keuntungan
|
|
|
38.100.000
|
Tabel
4. Biaya Produksi dan Keuntungan Budidaya Jahe Kecil
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga
Satuan (Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
A
1
2
3
4
5
|
Sarana
Produksi
Benih
Pupuk
kandang
Pupuk
Urea
Pupuk
SP-36
Pupuk
KCL
|
1000
kg
25
ton
600
kg
300
kg
400
kg
|
4.500
250.000
1.300
2.400
5.000
|
4.500.000
6.250.000 780.000 720.000 2.000.000
|
B
1 2 3 4 5 6 7 8
|
Tenaga
kerja
Pembukaan
lahan Pengolahan tanah Pembuatan bedengan Penanaman
Pemeliharaan
tanaman Pengendalian hama penyakit Sortasi dan seleksi Panen dan pasca panen
|
50
HOK
90
HOK
60
HOK
6
HOK
250
HOK
30
HOK
60
HOK
100
HOK
|
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
|
1.250.000
2.250.000 1.500.000 1.500.000 6.250.000 750.000 1.500.000 2.500.000
|
C
1
|
Penanganan
benih
Sortasi
benih di gudang
|
70
HOK
|
25.000
|
1.750.000
|
D
1 2
|
Packing
Upah
pengepakan
Kotak
kayu
|
50
HOK
2.500 bh
|
25.000
1.000
|
1.250.000
2.500.000
|
E
|
Bunga
bank 12 bulan (20%/th)
|
|
|
7.250.000
|
|
Total
Biaya
|
|
|
43.500.000
|
F
|
Penerimaan
Produksi
80% dari hasil, 20% penyusutan harga
|
13.800
kg
|
4.500
|
62.100.000
|
G
|
Keuntungan
|
|
|
18.600.000
|
Tabel
5. Biaya Produksi dan Keuntungan Budidaya Jahe Merah
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga
Satuan (Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
A
1
2
3
4
5
|
Sarana
Produksi
Benih
Pupuk
kandang
Pupuk
Urea
Pupuk
SP-36
Pupuk
KCL
|
1000
kg
25
ton
600
kg
300
kg
400
kg
|
4.500
250.000
1.300
2.400
5.000
|
4.500.000
6.250.000 780.000 720.000 2.000.000
|
B
1 2 3 4 5 6 7 8
|
Tenaga
kerja
Pembukaan
lahan Pengolahan tanah Pembuatan bedengan Penanaman
Pemeliharaan
tanaman Pengendalian hama penyakit Sortasi dan seleksi Panen dan pasca panen
|
50
HOK
90
HOK
60
HOK
6
HOK
250
HOK
30
HOK
60
HOK
100
HOK
|
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
|
1.250.000
2.250.000 1.500.000 1.500.000 6.250.000 750.000 1.500.000 2.500.000
|
C
1
|
Penanganan
benih
Sortasi
benih di gudang
|
70
HOK
|
25.000
|
1.750.000
|
D
1 2
|
Packing
Upah
pengepakan
Kotak
kayu
|
50
HOK
2.500 bh
|
25.000
1.000
|
1.250.000
2.500.000
|
E
|
Bunga
bank 12 bulan (20%/th)
|
|
|
7.250.000
|
|
Total
Biaya
|
|
|
43.500.000
|
F
|
Penerimaan
Produksi
80% dari hasil, 20% penyusutan harga
|
14.400
kg
|
4.500
|
64.800.000
|
G
|
Keuntungan
|
|
|
21.300.000
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Jahe merupakan salah satu komoditas
rempah unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Komoditas jahe yang banyak
dibudidayakan adalah Jahe besar (gajah), Jahe Kecil (emprit), dan Jahe Merah.
Proses budidaya tanaman jahe sebenarnya tidaklah sulit, karena tanaman ini
tergolong mudah ditanam, bisa ditumpang sarikan dengan tanaman lain (toleran
naungan) , tidak memerlukan pengairan yang intensif, dan jenis OPT-nya
tergolong relatif sedikit. Untuk menjamin mutu dan pemenuhan permintaan pasar
maka diperlukan proses budidaya yang baik dan benar, mulai dari proses
pembibitan, media tanam, perawatan, panen, dan pasca panen.
4.2
Saran
Budidaya jahe bisa dikembangkan oleh
siapa saja, bahkan dalam skala rumah tangga. Untuk menjangkau pada pasar export
maka standar mutu dan kualitas dari jahe perlu diperhatikan terutama produk
harus bebas dari OPT serta proses pengemasannya harus baik dan benar.
BAB
V
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Tanpa Tahun. Budidaya Jahe. Diunduh dari http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/18-BUDIDAYA%20JAHE.pdf
diakses pada 26 Maret 2018
Jamil,
Ali. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Jahe. Sumatera Utara : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
Muchlas
dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Jahe. Lampung : Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lampung
Muhardja.
2009. “Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber oficcinale)”. http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/518-budidaya-jahe.
Diakses pada 25 Maret 2018.
Solikin,
Ojon. 2015. “Pengembangan Jahe dan Budidayanya”. http://bp2sdm.menlhk.go.id/emagazine/index.php/teknis/52-pengembangan-jahe-dan-budidayanya.html.
Diakses pada 26 Maret 2018.
Comments
Post a Comment